Blessed Cursed : Hello, Little One.

There you go. A teeny-tiny, pomegranate seed sized human being is there, growing inside Rasya’s tummy. It feels so unreal for Deenan. Please, hang in there, our little fighter. Papa and Papi are here trying, too.


I promise I did the research as accurate as possible. But I do apologize for some medical inaccuaries that might be told on this chapter.all dialouges are written in full english.


Tuesday : January 25, 2022. ⠀⠀⠀⠀

Setelah mendarat di negara tujuan mereka, Deenan dan Rasya langsung menuju ke rumah sakit tempat dimana Rasya akan menjalani pemeriksaan.

Dan setibanya di sana, keduanya melakukan alur pemeriksaan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang diberlakukan oleh pihak rumah sakit.

Deenan hampir gila ketika kartu identitas mereka berdua diminta oleh petugas yang melayani pendaftaran mereka dan mencecar ia dan Rasya dengan berbagai macam pertanyaan yang mempertanyakan status hubungan mereka.

Tapi ternyata, Rasya bisa dengan mudahnya membuat alibi tentang kenapa status pernikahan mereka yang masih sama-sama tertera melajang disana.

We haven’t got the time to change our identity card because we are both still in college and currently busy with our studies.” Jawab Rasya dengan santainya.

Awalnya petugas itu masih menatap mereka dengan penuh selidik, namun Rasya mengangkat tangan kanannya dan menunjuk cincin yang dibelikan oleh Deenan untuk dipergunakan sebagai identitas palsu pernikahan mereka melingkar di jari manisnya.

Deenan juga ikut melakukan hal serupa sambil mengontrol raut wajahnya agar tetap terlihat santai dan tidak panik.

Dan alibi Rasya pun dipercaya oleh petugas tersebut.

Setelah selesai melakukan pendaftaran dan diikuti dengan serangkaian prosedur lainnya, akhirnya Rasya dan Deenan bisa duduk di kursi ruang tunggu poliklinik.

Rasya sempat disuruh untuk melakukan pemeriksaan berat badan, tensi darah dan lain sebagainya sebelum akhirnya namanya dipanggil dan giliran prenatal visitnya tiba.

Dengan bergandengan tangan, kedua sejoli itu pun masuk ke ruang praktek dokter spesialis tersebut.

Good morning, Doc.” Sapa Rasya.

Dokter Nara, dokter yang menangani Rasya pun menyambut kedatangan pasiennya itu dengan rekah senyum di wajahnya, “Hello . . Good morning!”

Mereka bertukar obrolan sebentar sebelum akhirnya sang dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi terlebih dahulu sebelum sesi konsultasi dan mempersilahkan Rasya untuk mengganti pakaiannya dengan gaun rumah sakit seraya didampingi oleh suster disana sementara Deenan menunggu.

Setelah Rasya berganti pakaian, Deenan mengulurkan tangannya yang kemudian langsung disambut oleh si omega lalu mereka berjalan bersama menuju ke area dimana alat-alat pemeriksaan berada.

Deenan membantu Rasya untuk berbaring di atas ranjang pemeriksaan yang telah disediakan tanpa melepas genggaman tangan mereka.

Shall we begin now?” Tanya si dokter yang sudah menunggu di sana.

Rasya mengangguk dan mulai melebarkan sedikit kedua kakinya yang ia tekuk untuk memberi ruang pada sang dokter agar bisa memasukkan alat ke bagian bawah tubuhnya.

Dokter cantik itu mulai mengoleskan gel pelumas pada alat transducer berbentuk tongkat yang telah dilapisi dengan pengaman sebelum kemudian akhirnya secara perlahan memasukkan alat itu ke dalam tubuh Rasya lewat bagian bawahnya.

Rasya yang merasakan perasaan tidak nyaman ketika alat itu mulai memasukinya pun refleks mendesis dan menyembunyikan wajahnya pada tubuh Deenan.

Deenan yang berdiri di sisi kiri ranjang pemeriksaan pun hanya bisa tersenyum tipis sambil mengusap pelan kening Rasya dengan ibu jarinya untuk mendistrak ketidaknyamanan yang dirasakan oleh omega tersebut walaupun ia sendiri sebenarnya sangat tegang bukan main saat ini.

Si dokter yang melihat reaksi itu pun bergumam kecil, “I’m sorry . . Give me a minute, okay . .”

Kemudian alat pemindai ultrasonografi itu pun mulai bekerja sesuai dengan fungsinya. Pantulan gelombang suara dari transducer itu pun kini menampilkan bagian dalam panggul Rasya dengan bentuk gambar pada monitor yang berada disana.

I have to look at it and make sure first. .” Tatapan dokter tersebut terpaku pada layar monitor dengan serius sambil sesekali memutar alat yang beliau pegang dan kini berada dalam tubuh bagian bawah Rasya, seolah mencari-cari sesuatu di dalam sana.

Deenan terdiam dan memerhatikan sambil sesekali mengusap-usap kepala Rasya untuk membantunya tetap tenang.

Dan pada detik berikutnya, ekspresi sumringah menghias di wajah si dokter cantik.

There you go . . . It’s still as big as a pomegranate seed. . ” Sebuah senyum terpatri di wajah dokter itu seraya ia memutar layar monitor ke arah Rasya dan Deenan dimana kini diperlihatkan keberadaan sang jabang bayi.

Deenan menatap monitor tersebut dengan tatapan yang bercampur antara kagum dan juga tidak percaya.

There’s a gestational sac with a yolk sac inside it displayed on the monitor.

Sang dokter mulai menjelaskan satu-persatu apa yang tertera pada monitor tersebut kepada Deenan dan Rasya.

You look here,” Dokter tersebut menunjuk ke arah satu titik di monitor, “This will be your baby’s head. It’s starting to develop into jaw, cheeks and chin, which eventually will become one adorable face . . .”

Baik Deenan maupun Rasya sama-sama mendengarkan penjelasan dokter dengan seksama.

And also,” Si dokter spesialis kandungan itu pun melanjutkan dan beralih menunjuk ke bagian lain dari embrio tersebut, “Can you see those little indentations on both sides of the head? They are ear canals in the making. And in few weeks, the small dots here, will form the eyes and nose button.”

Kedua ujung bibir Deenan terangkat mengulas sebuah senyum di wajah tampannya hanya dengan membayangkan akan seperti apa wajah anaknya nanti, apakah akan mirip dengannya atau dengan Rasya.

Within this week your baby also started to developing kidneys, liver, brain, lungs, nervous and musculoskeletal system too, along with his little heart.” Lanjut dokter memberi tahu, “And on your next prenatal visit next month, the baby’s size will be twice bigger than now.”

Rasya tak sengaja menoleh ke arah kirinya dimana Deenan kini sedang menggenggam tangannya dan ia bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah Alpha tersebut.

He had a mesmerized look on his eyes as he listened to what the doctor was saying.

Ah!” Atensi Rasya pada wajah Deenan teralihkan saat terdengar dokternya berseru semangat, membuatnya kembali menoleh ke arah layar monitor dengan rasa penasaran.

I saw the heartbeat just now. Do you guys want to hear the heartbeat?” Tanya dokter tersebut sambil tersenyum ke arah pasangan calon orangtua baru itu.

Kedua mata Deenan yang berbinar itu menatap sang dokter penuh harap, “Can we?”

Melihat bagaimana tulusnya pengharapan dari pertanyaan singkat itu, si dokter pun dengan sebagai jawab iya, “Of course.”

Deenan mengangguk, “Yes, please, doctor.”

Dokter itu pun terlihat mengutak-atik alat tersebut sebelum tiba-tiba ada sedikit perubahan di layar dimana muncul sebuah grafik kosong.

And the next second, Deenan and Rasya were able to hear the tell-tale of thump-thump from the growing baby.

Ada gejolak perasaan aneh yang asing menyelimuti hati Deenan saat detak jantung itu terdengar dan menyapa gendang telinganya.

120 beat per minute, wow . . We have a strong little one here.” Dokter cantik itu tersenyum penuh arti sambil menyampaikan informasi tersebut kepada Deenan dan Rasya.

And reality started to sink in on Deenan’s brain as the heartbeat echoed through the whole room.

So, it’s really there, ya . . I’m really going to have my own baby with Rasya . .

Dokter yang telah mereka percayakan itu pun melanjutkan pemeriksaan selama beberapa menit ke depan, to look closely for any changes that could lead to any complications or such.

But thankfully, it seems good for now.

Setelah sesi pemeriksaan selesai, Rasya dipersilahkan untuk kembali ke ruang ganti dan memakai bajunya terlebih dahulu sebelum memulai sesi konsultasi lebih lanjut mengenai pemeriksaan yang telah dilakukan.

Deenan tetap menemani Rasya pada saat ia harus mengganti gaun rumah sakit yang dikenakannya.

Pada saat Rasya selesai memakai sweatshirt dan hendak mengenakan hoodie luarannya, Deenan yang duduk di sofa menahan pergerakan Rasya.

Rasya mengerjap-ngerjapkan matanya bingung karena Deenan juga melakukannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Namun ketika Deenan menarik pinggangnya mendekat ke arahnya dan perutnya kini berhadapan dengan wajah Alpha itu, Rasya langsung bisa menebak apa yang Deenan akan lakukan.

Deenan mendongakkan wajahnya untuk menatap Rasya, “Can I?” Izinnya, sama seperti sebelum-sebelumnya.

Dan Rasya memberikan izinnya lewat sebuah anggukan.

Lalu, Deenan membawa tangannya menyingkap sweatshirt yang dikenakan oleh Rasya sambil memegang erat kedua pinggang ramping omega tersebut.

“Adek . . .” Panggilnya dengan mengulum sebuah senyum di bibirnya, seolah-olah anaknya di dalam sana sudah bisa mendengarnya.

Finally, Papa bisa lihat adek dong tadi . .” Tutur Deenan dengan senang, “Adek masih kecil banget, nak. Masih seukuran biji buah pomegranat tadi kata tante dokternya . .”

Rasya tak kuasa untuk membawa dirinya bertahan menunduk dan memerhatikan Deenan dengan segala agenda mengobrolnya bersama anak mereka.

Jadi, ia memilih untuk memendarkan matanya ke arah lain, berusaha agar tidak terbawa oleh perasaannya yang memang secara teknisnya saat ini sedang amat sangat sensitif.

“Sehat-sehat ya, dek . . Happy growing di perut papi, sayang. Nanti ketemu lagi bulan depan, yaa!” Ujar Deenan.

Kemudian, Rasya bisa merasakan ibu jari Deenan mengusap-usap perutnya lalu disusul dengan sebuah kecupan kecil yang mendarat di sana untuk beberapa saat.

Selanjutnya Deenan mengusap perut Rasya ke arah kiri dengan punggung tangan kanannya, lalu kemudian usapan itu berubah ke arah kanan menggunakan dengan telapak tangannya, dan berakhir dengan sentuhan pelan di tengah-tengah perut Rasya lewat tangan yang kini sudah terkepal, seolah Deenan baru saja mengajak anak mereka melakukan bump fist.

Rasya yang kini sudah berada dalam posisi kepala yang tertunduk kembali untuk menyaksikan tingkah laku Deenan itu pun mendengus geli, “What are you doing, you silly. .”

Deenan ikut tertawa pelan sambil menurunkan hoodie Rasya kembali, “Hehehe, nggak tau. Tiba-tiba refleks aja mau bump fist sama dedeknya.”

Rasya menggeleng-gelengkan kepalanya maklum sambil mengusap puncak kepala Deenan dan kemudian berlalu keluar dari dalam ruang ganti untuk menemui dokter mereka yang sudah menunggu di meja konsultasi.

Dan lagi-lagi Deenan kembali mengekor di belakang Rasya.

Saat Rasya sampai di meja konsultasi dengan Deenan di belakangnya, mereka disambut oleh senyum dokter Nara.

I’m sorry, doctor. It took us so long.” Ujar Rasya setelah duduk di kursinya.

That’s fine.” Sahut dokter Nara dan kemudian langsung memulai sesi konsultasi mereka dengan melayangkan sebuah pertanyaan untuk Rasya, “How do you feel for the past week?”

The morning sickness is really one hell of a ride.” Kata Rasya, mencurahkan apa yang dirasakannya selama seminggu belakangan dengan jujur kepada dokter tersebut.

Dokter Nara mendengarkan dengan seksama, “Okay . . Other than that, is there anything else? Do you feel fatigue?”

Rasya mengangguk pelan, “A bit. And I’m having a frequent urination, too.”

Dan karena Deenan menyaksikan sendiri beberapa hari belakangan Rasya sering kali merasa kesakitan di bagian kepala dan perutnya, tidak lupa untuk menyampaikannya juga kepada sang dokter, “He was also having a hard time because his stomach and his head hurts, doctor. And for once he was bleeding, too. Is that normal?”

Dokter itu tersenyum penuh arti saat mendengar pertanyaan yang sarat akan kekhawatiran itu terlontar dari mulut sang Alpha.

It’s normal.” Jawabnya untuk menghapus khawatir itu.

Kemudian beliau mulai menjelaskan keadaan Rasya saat ini, “Rasya, you are currently at six weeks and three days. The pregnancy hormones are starting to kick in. You might be coping with full-blown pregnancy symptoms, such as nauseous, frequent urination and tiredness for the time being. They may stick around the entire day, or they may come and go.”

Deenan dan Rasya memasang telinga mereka baik-baik untuk mendengarkan penjelasan sang dokter dengan seksama, terlebih lagi Deenan.

Paham kalau si Alpha masih butuh wawasan dan pemahaman yang baik dan benar karena keawamannya terhadap kondisi sang omega saat ini, dokter Nara bersedia untuk menjelaskan satu-persatu penyebab dari hal-hal yang belakangan dialami oleh Rasya.

Morning sickness is common for pregnant omega, which for many cases is not just limited to the morning.” Mulainya dari yang sepertinya paling parah dialami oleh Rasya, “The cause of morning sickness is not fully understood up until today. But an increase in the hormone human chorionic gonadotropin is believed to play a role. And because of the changing hormone levels and blood volume in a short period, you may have to deal with tension headaches during your first trimester.”

The progesterone, as you may already knew, Rasya, it can drive you to feel tiredness. Your body is also working hard, adjusting to all the physical and emotional changes that pregnancy brings. And you may experience some mild cramping in your lower abdomen as your body undergoes many changes as it making room for the growing baby. These are normal as long as they occur in irregular intervals and subside on their own. You don’t have to worry much.” Lanjut dokter Nara.

“Aah,” Deenan yang paling awam di ruangan pun mengangguk paham atas penjelasan yang diberi.

And we will observe further on our next appointment. Okay?”

Rasya mengangguk.

Is there any painkillers he could take to reduce the discomfort and pain if it happens again, doctor?” Tanya Deenan penasaran, sekaligus meminta afirmasi dari tenaga profesional itu.

Yes, he can take some acetaminophen that are safe for an expecting omega. But take it for the shortest possible time, for safety of the baby. You can take him to a warm soak in a tub or a warm shower as an alternative.” Jawab dokter Nara.

Deenan mencatat baik-baik dalam ingatannya.

Overall, the baby is doing just fine despite your condition is a bit weak for now. And your due date is on September 17.” Ungkap sang dokter memberi tahu kondisinya secara terang-terangan serta tanggal perkiraan kelahiran si bayi.

Because you are still early on your first trimester, Rasya, and the baby is also in the early stages of developing all its critical systems, you may have to play it safe.” Lanjutnya berpesan.

Please eat healthy and well-balanced meals. Go light on caffeine. Get some extra sleep. Try to rest as much as possible. But you should get moving too with some light exercise. And you should drink a lot of water, too, because staying hydrated is vital and your body needs to keep up that hydration as you need fifty percent more of water than usual.” Dokter Nara mulai mewanti-wanti.

And the discussion continued as the doctor has given the soon-to-be parents time to ask questions and brainstorm all the things they wanted to know, especially Deenan.

Setelah Deenan puas bertanya ini dan itu dan mengeruk informasi sedalam-dalamnya dari sang dokter, sesi konsultasi mereka pun berakhir.

Saat sedang meresepkan Rasya beberapa multivitamin serta obat penguat kandungan yang bisa dan aman untuk ia konsumsi, dokter Nara berpesan satu hal terakhir yang sangat krusial dan perlu diperhatikan pada saat awal kehamilan sekarang ini.

And, Rasya, if you ever feeling anxious or somehow low, please do not keep it to yourself alone. You can discuss your worries to your Alpha so that he can share your burden. Okay?”

Rasya cukup tertohok saat mendengar pesan tersebut.

Ada sakit yang diam-diam menyelinap ke dalam lubuk hatinya.

Rasa sakit yang ingin Rasya tertawai.

Namun dengan cepat, ia kembali dengan topengnya—seulas senyum tipis dan mengamini pesan tersebut lewat sebuah anggukan pelan.

Deenan yang menyadari itu pun meraih tangan Rasya dan menggenggamnya erat-erat sebelum akhirnya menerima map berisikan dokumen hasil pemeriksaan serta resep vitamin dan obat untuk Rasya.

Setelah membungkuk kecil dan mengucapkan terima kasihnya, Deenan langsung pamit undur diri sambil menuntun Rasya keluar dari ruangan praktek tersebut.

And the two soon-to-be parents left with strange bittersweet feelings haunting deep down inside them.


cc, 180322.